Ikatan
Kimia, Interaksi Antarmolekul, Bentuk Molekul, dan Hibridisasi
Orbital Atom
Dalam tulisan ini, kita akan
mempelajari dua jenis utama ikatan kimia, interaksi yang terjadi sesama
molekul, proses pembentukan ikatan kimia melalui penggabungan orbital-orbitan
atom pusat (hibridisasi), serta meramalkan bentuk suatu molekul berdasarkan
jumlah pasangan elektron yang mengelilingi atom pusat molekul tersebut.
Penyusunan tabel periodik dan konsep
konfigurasi elektron telah membantu para ahli kimia menjelaskan proses
pembentukan molekul dan ikatan yang terdapat dalam suatu molekul. Gilbert
Lewis, seorang kimiawan berkebangsaan Amerika, mengajukan teori bahwa atom
akan bergabung dengan sesama atom lainnya membentuk molekul dengan tujuan untuk
mencapai konfigurasi elektron yang lebih stabil. Kestabilan dicapai saat
atom-atom memiliki konfigurasi elektron seperti gas mulia (semua kulit dan
subkulit terisi penuh oleh elektron serta memiliki 8 elektron valensi).
Saat atom-atom berinteraksi, hanya
elektron valensi yang terlibat dalam proses pembentukan ikatan kimia. Untuk
menunjukkan elektron valensi yang terlibat dalam pembentukan ikatan, para ahli
kimia menggunakan simbol Lewis dot, yaitu simbol suatu unsur dan satu
dot untuk mewakili tiap elektron valensi unsur bersangkutan. Jumlah elektron
valensi suatu unsur sama dengan golongan unsur bersangkutan. Sebagai contoh,
unsur Mg terletak pada golongan IIA, sehingga memiliki 2 elektron valensi (2
dot). Sementara, unsur S yang terletak pada golongan VIA, akan memiliki 6
elektron valensi (6 dot). Unsur yang terletak pada golongan yang sama akan
memiliki struktur Lewis dot yang serupa.
Natrium termasuk unsur logam yang
cukup umum. Unsur ini berkilau, lunak, dan merupakan konduktor yang baik,
selain itu juga sangat reaktif. Umumnya, natrium disimpan di dalam minyak untuk
mencegahnya bereaksi dengan air yang berasal dari udara. Jika kita melelehkan
sepotong logam natrium dan meletakannya ke dalam beaker glass yang
terisi penuh oleh gas klorin yang berwarna kuning kehijauan, sesuatu yang
sangat menakjubkan akan terjadi. Natrium mulai memancarkan cahaya putih yang
semakin terang dan gas klorin mulai bercampur, yang disertai dengan hilangnya
warna. Beberapa saat kemudian, reaksi selesai, dan kita akan mendapatkan garam
meja atau NaCl yang terendapkan di dasar beaker glass.
Natrium adalah logam alkali,
golongan IA pada tabel periodik. Natrium memiliki 1 elektron valensi.
Sebaliknya, klorin adalah unsur nonlogam, unsur golongan halogen (VIIA) pada
tabel periodik. Unsur ini memiliki 7 elektron valensi. Unsur-unsur di
golongan A pada tabel periodik akan mendapatkan, kehilangan, atau berbagi elektron
valensi untuk mengisi tingkat energi valensinya dan menjadi sempurna (meniru
konfigurasi gas mulia). Pada umumnya, proses ini melibatkan pengisian orbital s
dan p terluar yang disebut sebagai aturan oktet, yaitu unsur akan
mendapatkan atau kehilangan elektron untuk mencapai keadaan penuh delapan
elektron valensi (oktet).
Natrium memiliki satu elektron
valensi. Menurut hukum oktet, unsur ini akan bersifat stabil ketika memiliki 8
elektron valensi. Dengan demikian, natrium akan kehilangan elektron 3s-nya.
Dengan demikian, atom natrium akan berubah menjadi ion natrium dengan muatan
positif satu (Na+). Ion tersebut isoelektronik dengan neon (gas
mulia) sehingga ion Na+ bersifat stabil.
Sementara, untuk memenuhi aturan
oktet, unsur klorin membutuhkan satu elektron untuk melengkapi pengisian
elektron pada 3p. Setelah menerima satu elektron tambahan, unsur ini berubah
menjadi ion dengan muatan negatif satu (Cl-). Ion Cl-
isoelektronik dengan argon (gas mulia) sehingga bersifat stabil.
Jika natrium dicampurkan dengan
klorin, jumlah elektron natrium yang hilang akan sama dengan jumlah elektron
yang diperoleh klorin. Satu elektron 3s pada natrium akan dipindahkan ke
orbital 3p pada klorin. Peristiwa serah-terima elektron terjadi dalam
proses pembentukan senyawa NaCl. Ini merupakan contoh dari ikatan ionik,
yaitu ikatan kimia (gaya tarik-menarik yang kuat yang tetap menyatukan
dua unsur kimia) yang berasal dari gaya tarik elektrostatik (gaya tarik-menarik
dari muatan-muatan yang berlawanan) antara ion positif (kation) dan ion negatif
(anion). Ikatan ionik terbentuk saat unsur logam bereaksi dengan unsur
nonlogam.
Di sisi lain, tidak semua ikatan
kimia terbentuk melalui mekanisme serah-terima elektron. Atom-atom juga
dapat mencapai kestabilan melalui mekanisme pemakaian bersama pasangan
elektron. Ikatan yang terbentuk dikenal dengan istilah ikatan kovelen.
Senyawa kovelen adalah senyawa yang hanya memiliki ikatan kovelen.
Sebagai contoh, atom hidrogen
memiliki satu elektron valensi. Untuk mencapai kestabilan (isoelektronik dengan
helium), atom hidrogen membutuhkan satu elektron tambahan. Saat dua atom
hidrogen membentuk ikatan kimia, tidak terjadi peristiwa serah-terima
elektron. Yang akan terjadi adalah kedua atom akan menggunakan elektronnya
secara bersama-sama. Kedua elektron (satu dari masing-masing hidrogen) menjadi
milik kedua atom tersebut. Dengan demikian, molekul H2 terbentuk
melalui pembentukan ikatan kovelen, yaitu ikatan kimia yang berasal dari
penggunaan bersama satu atau lebih pasangan elektron antara dua atom. Ikatan
ini terjadi di antara dua unsur nonlogam.
Ikatan kovalen dapat dinyatakan
dalam bentuk Struktur Lewis, yaitu representasi ikatan kovelen, dimana
elektron yang digunakan bersama digambarkan sebagai garis atau sepasang dot
antara dua atom; sementara pasangan elektron yang tidak digunakan bersama (lone
pair) digambarkan sebagai pasangan dot pada atom bersangkutan. Pada
umumnya, proses ini melibatkan pengisian orbital s dan p (bahkan orbital d)
terluar yang disebut sebagai aturan oktet, yaitu unsur akan berbagi
elektron untuk mencapai keadaan penuh delapan elektron valensi (oktet), kecuali
hidrogen dengan dua elektron valensi (duplet).
Atom-atom dapat membentuk berbagai
jenis ikatan kovelen. Ikatan tunggal terjadi saat dua atom menggunakan
sepasang elektron bersama. Ikatan rangkap dua (ganda) terjadi
saat dua atom menggunakan menggunakan dua pasangan elektron bersama. Sementara,
ikatan rangkap tiga terjadi saat dua atom menggunakan tiga pasangan
elektron bersama.
Senyawa ionik memiliki sifat yang
berbeda dari senyawa kovalen. Senyawa ionik, pada suhu kamar, umumnya berbentuk
padat, dengan titik didih dan titik leleh tinggi, serta bersifat elektrolit.
Sebaliknya, senyawa kovelen, pada suhu kamar, dapat berbentuk padat, cair,
maupun gas. Selain itu, senyawa kovalen memiliki titik didih dan titik leleh
yang relatif rendah bila dibandingkan dengan senyawa ionik serta cenderung
bersifat nonelektrolit.
Ketika atom klorin berikatan secara
kovalen dengan atom klorin lainnya, pasangan elektron akan digunakan bersama
secara seimbang. Kerapatan elektron yang mengandung ikatan kovalen terletak di
tengah-tengah di antara kedua atom. Setiap atom menarik kedua elektron yang
berikatan secara sama. Ikatan seperti ini dikenal dengan istilah ikatan
kovalen nonpolar.
Sementara, apa yang akan terjadi
bila kedua atom yang terlibat dalam ikatan kimia tidak sama? Kedua inti yang
bermuatan positif yang mempunyai gaya tarik berbeda akan menarik pasangan
elektron dengan derajat (kekuatan) yang berbeda. Hasilnya adalah pasangan elektron
cenderung ditarik dan bergeser ke salah satu atom yang lebih elektronegatif.
Ikatan semacam ini dikenal dengan istilah ikatan kovalen polar.
Sifat yang digunakan untuk
membedakan ikatan kovalen polar dengan ikatan kovalen nonpolar
adalah elektronegativitas (keelektronegatifan), yaitu kekuatan
(kemampuan) suatu atom untuk menarik pasangan elektron yang berikatan. Semakin
besar nilai elektronegativitas, semakin besar pula kekuatan atom untuk
menarik pasangan elektron pada ikatan. Dalam tabel periodik, pada satu periode,
elektronegativitas akan naik dari kiri ke kanan. Sebaliknya, dalam satu
golongan, akan turun dari atas ke bawah.
Ikatan kovelen nonpolar terbentuk bila dua atom yang terlibat dalam ikatan adalah
sama atau bila beda elektronegativitas dari atom-atom yang terlibat pada
ikatan sangat kecil. Sementara, pada ikatan kovelen polar, atom yang
menarik pasangan elektron pengikat dengan lebih kuat akan sedikit lebih
bermuatan negatif; sedangkan atom lainnya akan menjadi sedikit lebih bermuatan
positif. Ikatan ini terbentuk bila atom-atom yang terlibat dalam ikatan adalah
berbeda. Semakin besar beda elektronegativitas, semakin polar pula
ikatan yang bersangkutan. Sebagai tambahan, apabila beda elektronegativitas
atom-atom sangat besar, maka yang akan terbentuk justru adalah ikatan ionik.
Dengan demikian, beda elektronegativitas merupakan salah satu cara untuk
meramalkan jenis ikatan yang akan terbentuk di antara dua unsur yang berikatan.
Perbedaan
Elektronegativitas
|
Jenis
Ikatan yang Terbentuk
|
0,0
sampai 0,2
|
Kovalen
nonpolar
|
0,3
sampai 1,4
|
Kovalen
polar
|
>
1,5
|
Ionik
|
Seperti yang telah kita ketahui
sebelumnya, aturan oktet berlaku pada unsur-unsur periode 2 dalam tabel
periodik. Akan tetapi, terdapat pula sejumlah penyimpangan aturan oktet
yang terjadi dalam proses pembentukan ikatan. Ada tiga tipe penyimpangan
aturan oktet, antara lain:
1. The incomplete octet
Contoh : BeH2, BeCl2,
BF3, dan BCl3 (catatan: BF3maupun BCl3
dapat berikatan dengan molekul lain yang memiliki lone pair (seperti NH3)
membentuk ikatan kovalen koordinasi (datif) untuk mencapai konfigurasi
oktet)
2. Odd electron molecules
Contoh : NO dan NO2
(disebut sebagai radikal karena memiliki sebuah elektron yang tidak
berpasangan)
3. The expanded octet
Contoh : PCl5 dan SF6
(atom pusat dikelilingi oleh lebih dari 8 elektron valensi dengan memanfaatkan
orbital d yang kosong)
Molekul-molekul umumnya berinteraksi
satu sama lainnya. Gaya tarik-menarik antarmolekul ini terjadi dan merupakan
jenis interaksi antarmolekul (gaya antar molekul-molekul yang berbeda).
Interaksi ini bertanggung jawab terhadap sifat fisik suatu zat, seperti titik
didih, titik leleh, serta fasa (wujud) zat. Berbeda dengan interaksi
antarmolekul, interaksi intramolekul (ikatan kimia) merupakan ikatan
yang terbentuk saat atom-atom bergabung membentuk molekul. Ikatan kimia berperan
dalam menjaga kestabilan molekul sekaligus dapat digunakan dalam meramalkan
bentuk suatu molekul. Interaksi antarmolekul lebih lemah dibandingkan ikatan
kimia.
Terdapat lima jenis interaksi
antarmolekul, yang disusun berdasarkan kekuatan, dari yang terlemah hingga
yang terkuat, yaitu:
1. Gaya London atau Gaya Dispersi
Jenis gaya tarik yang sangat lemah
ini umumnya terjadi di antara molekul-molekul kovalen nonpolar, seperti N2,
H2, atau CH4. Ini dihasilkan oleh menyurut dan
mengalirnya orbital-orbital elektron, sehingga memberikan pemisahan muatan yang
sangat lemah dan sangat singkat di sekitar ikatan. Gaya London
meningkat seiiring bertambahnya jumlah elektron. Gaya London juga
meningkat seiiring bertambahnya massa molar zat, sebab molekul yang memiliki
massa molar besar cenderung memiliki lebih banyak elektron. Adanya percabangan
pada molekul akan menurunkan kekuatan Gaya London, sebab adanya
percabangan akan memperkecil area kontak antarmolekul. Titik didih senyawa
sebanding sekaligus mencerminkan kekuatan Gaya London.
2. Interaksi Dipol Terimbas (Dipol
Terinduksi)
Gaya antarmolekul ini terjadi saat
molekul polar mengimbas (menginduksi) molekul nonpolar. Sebagai contoh, molekul
air (H2O) yang bersifat polar dapat menginduksi molekul oksigen (O2)
yang bersifat nonpolar. Dipol terimbas inilah yang menyebabkan gas
oksigen larut dalam air.
3. Interaksi Dipol-Dipol
Gaya antarmolekul ini terjadi bila
ujung positif dari salah satu molekul dipol ditarik ke ujung negatif dari dipol
molekul lainnya. Gaya ini lebih kuat dari Gaya London, namun tetap saja
sangat lemah. Interaksi ini terjadi pada senyawa kovelen polar, seperti
HCl dan HBr.
4. Interaksi Ion-Dipol
Gaya antarmolekul ini terjadi
saat ion (kation maupun anion) berinteraksi dengan molekul polar. Kekuatan
interaksi ini bergantung pada muatan dan ukuran ion serta kepolaran dan ukuran
molekul polar. Kation memiliki interaksi yang lebih kuat dengan molekul polar
dibandingkan anion. Salah satu contoh interaksi ini adalah hidrasi senyawa
NaCl dalam air (proses ion-ion dikelilingi oleh molekul air).
5. Ikatan Hidrogen
Interaksi dipol-dipol yang sangat
kuat, yang terjadi bila atom hidrogen terikat pada salah satu dari ketiga unsur
yang sangat elektronegatif, yaitu F, O, dan N. Ketiga unsur ini memiliki
tarikan yang sangat kuat pada pasangan elektron yang berikatan sehingga atom
yang terlibat pada ikatan mendapatkan muatan parsial yang sangat besar. Ikatan
ini sangat polar, sehingga interaksi antarmolekul menjadi sangat kuat.
Akibatnya, titik didih senyawa yang memiliki ikatan hidrogen relatif
tinggi (walapun massa molarnya paling rendah) bila dibandingkan senyawa lain
pada golongan yang sama.
Bentuk molekul (geometri molekul) dari suatu molekul adalah cara atom-atom tersusun dalam
ruang tiga dimensi. Hal ini penting untuk diketahui oleh para ahli kimia, sebab
hal ini sering menjelaskan mengapa reaksi-reaksi tertentu dapat terjadi,
sedangkan yang lain tidak. Sebagai contoh, dalam ilmu farmasi, geometri
molekul dari suatu obat dapat mengakibatkan reaksi-reaksi samping. Selain
itu, geometri molekul juga menjelaskan mengapa air mempunyai dwikutub
(ujung positif pada atom H dan ujung negatif pada atom O), sementara
karbondioksida tidak.
Teori VSEPR (Valence Shell
Electron-Pair Repulsion) atau Tolakan Pasangan Elektron Kulit Valensi
memungkinkan para ahli kimia untuk meramalkan geometri molekul dari
molekul-molekul. Teori ini mengasumsikan bahwa pasangan elektron di sekitar
atom, baik itu bonding pair maupun lone pair (nonbonding pair),
akan berada dalam jarak sejauh mungkin untuk meminimalkan gaya tolakan di
antara elektron tersebut. Geometri pasangan elektron (domain elektron)
adalah susunan pasangan elektron, baik bonding pair maupun lone
pair di sekitar atom pusat. Berdasarkan jumlah domain elektron, kita
dapat meramalkan bentuk molekul.
Untuk menentukan geometri molekul
atau bentuk molekul dengan menggunakan teori VSEPR, kita dapat
mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:
- Tentukan struktur Lewis molekul tersebut
- Tentukan jumlah keseluruhan pasangan elektron total (domain elektron) yang berada di sekitar atom pusat (ikatan rangkap dua dan rangkap tiga masing-masing dianggap satu domain)
- Dengan menggunakan tabel di bawah ini, tentukanlah geometri pasangan elektron (domain elektron)
Dengan menggunakan tabel di bawah
ini, tentukan pula bentuk molekulnya.
Class
of Molecule
|
Number
of Electron Pairs
|
Arrangement
(Geometry) of Electron Pairs
|
Molecular
Shape
|
Examples
|
||||||||
AB2
|
2
|
Linear
|
Linear
|
BeCl2
|
||||||||
AB3
|
3
|
Trigonal
Planar
|
Trigonal
Planar
|
BF3
|
||||||||
AB4
|
4
|
Tetrahedral
|
Tetrahedral
|
CH4
|
||||||||
AB5
|
5
|
Trigonal
Bipyramidal
|
Trigonal
Bipyramidal
|
PCl5
|
||||||||
AB6
|
6
|
Octahedral
|
Octahedral
|
SF6
|
||||||||
Class
of Molecule
|
Number
of Bonding Pairs
|
Number
of Lone Pairs
|
Number
of Electron Pairs
|
Arrangement
(Geometry) of Electron Pairs
|
Molecular
Shape
|
Examples
|
||||||
AB2E
|
2
|
1
|
3
|
Trigonal
Planar
|
Bent
|
SO2
|
||||||
AB3E
|
3
|
1
|
4
|
Tetrahedral
|
Trigonal
Pyramidal
|
NH3
|
||||||
AB2E2
|
2
|
2
|
4
|
Tetrahedral
|
Bent
|
H2O
|
||||||
AB4E
|
4
|
1
|
5
|
Trigonal
Bipyramidal
|
Seesaw
|
SF4
|
||||||
AB3E2
|
3
|
2
|
5
|
Trigonal
Bipyramidal
|
T-shaped
|
ClF3
|
||||||
AB2E3
|
2
|
3
|
5
|
Trigonal
Bipyramidal
|
Linear
|
I3-
|
||||||
AB5E
|
5
|
1
|
6
|
Octahedral
|
Square
Pyramidal
|
BrF5
|
||||||
AB4E2
|
4
|
2
|
6
|
Octahedral
|
Square
Planar
|
XeF4
|
||||||
Selain menggunakan teori VSEPR,
bentuk molekul juga dapat diramalkan melalui pembentukan orbital hibrida,
yaitu orbital-orbital suatu atom yang diperoleh saat dua atau lebih orbital
atom bersangkutan yang memiliki tingkat energi yang berbeda, bergabung
membentuk orbital-orbital baru dengan tingkat energi sama (terjadi pada proses
pembentukan ikatan kovalen). Hibridisasi adalah proses
penggabungan orbital-orbital atom (biasanya pada atom pusat) untuk mendapatkan orbital
hibrida.
Hubungan antara jumlah dan jenis
orbital atom pusat yang digunakan pada proses hibridisasi terhadap geometri
molekul senyawa bersangkutan dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Pure
Atomic Orbitals of the Central Atom
|
Hybridization
of the Central Atom
|
Number
of Hybrid Orbitals
|
Shape
of Hybrid Orbitals (Geometry Arrangement)
|
Examples
|
s,p
|
sp
|
2
|
Linear
|
BeCl2
|
s, p, p
|
sp2
|
3
|
Trigonal
Planar
|
BF3
|
s, p, p, p
|
sp3
|
4
|
Tetrahedral
|
CH4
|
s, p, p, p, d
|
sp3d
|
5
|
Trigonal
Bipyramidal
|
PCl5
|
s, p, p, p, d, d
|
sp3d2
|
6
|
Octahedral
|
SF6
|
Dengan mengetahui jenis dan jumlah
orbital atom pusat yang terlibat dalam proses pembentukan ikatan, kita hanya
dapat menentukan bentuk geometri (domain elektron) molekul bersangkutan.
Sementara untuk menentukan bentuk molekul, kita dapat menggunakan teori
VSEPR. Dengan demikian, teori hibridisasi merupakan bagian yang
tidak terpisahkan dari teori VSEPR. Melalui kombinasi kedua teori
tersebut, kita dapat mempelajari jenis dan jumlah orbital yang terlibat dalam
pembentukan ikatan sekaligus meramalkan bentuk molekulnya.
1 komentar:
makasih banget loh ya
Posting Komentar